SP Medikal Bedah: Pernafasan Dengan Diagfragma (Perut)
Pertemuan : 1
A.
Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien :
lemah, pucat, nafas pendek, sedikit meringis
2. Diagnosa
Keperawatan : Resiko penurunan
pemenuhan kebutuhan O2
3. Tujuan
Khusus : Untuk
meningkatkan Kemampuan belajar Klien dan
pernafasan diagfragma yang teratur akan
mencegah terjadinya komplikasi pascaoperatif.
4. Tindakan
keperawatan : Memberikan
pelatihan pernafasan diagfragma
B.
Strategi Komunikasi
1. Orientasi
1.1 Salam
terapeutik
“ Assalamu’laikum Ibu./Selamat pagi. Saya suster Ani Remita, Ibu bisa panggil saya suster Ani. Nama Ibu siapa?” (menyapa pasien
dan menyalam pasien)
1.2 Evaluasi/validasi
“bagaimana kabar Ibu hari ini?”
“Apa yang Ibu rasakan saat ini?”
“Apakah Ibu sudah makan dan minum obat?”
1.3 Kontrak
“ Ibu ‘S’ Pagi ini saya akan mengajarkan bagaimana
bernafas dengan diagfragma (bernafas dengan perut). Tujuannya Bu untuk mencegah
terjadinya komplikasi pascaoperatif dan mengurangi rasa nyeri. Kita akan
melakukannya dalam waktu lebih kurang 20 menit”
“Kita akan lakukan di sini saja ya, Bu?”
Pertama, akan saya jelaskan bagaiman caranya. Kemudian
akan saya praktekkan. Ibu silahkan dengarkan dan perhatikan saya. Nanti setelah
itu, ibu yang memperaktekannya. Ibu tidak usah khawatir. Saya akan membantu
Ibu”
2. Kerja
·
“Apakah Ibu sudah pernah melakukan pernafasan
perut sebelumnya?”
·
“Punggung dilurusin kurang lebih 90 derajat. Letakkan
kedua telapak tangan berseberangan satu sama lain di bawah tulang rusuk. Ujung
jari ketiga dari kedua tangan saling bersentuhan. Tarik nafas secara lambat
melalui hidung Tarik nafas secara lambat melalui hidung tahan sampai hitungan
ketiga dan hembuskan nafas melalui mulut secara berlahan-lahan.” (perawat
mempraktekkan seraya menjelaskan)
·
“Silahkan Ibu duduk…”
·
“Punggungnya ditegakkan,Bu.”
·
“Sekarang letakkan kedua telapak tangan
berseberangan satu sama lain di bawah tulang rusuk. Nah!Ujung jari ketiga dari
kedua tangan saling bersentuhan. Ya! Seperti ii, Bu!”
·
“ Selanjutnya, Tarik nafas secara lambat melalui
hidung Bu.”
·
“ Apakah Ibu merasakan Kedua jari tengah tangan
Ibu terpisah saat menghirup udara ?”
·
“Pada saat menarik nafas, digfragma akan terasa
bergerak ke bawah dan organ-organ perut tertekan ke bagian bawah serta dinding
dada melebar.”
·
“ Ibu, ketika bernafas perut ini kita tidak
menggunakan dada dan bahu untuk menghirup udara”
·
“Silahkan Ibu ‘S’ menarik nafas lagi.
·
Ibu tahan sampai hitungan ketiga dan hembuskan
nafas melalui mulut. Kedua ujung jari tengah akan bersentuhan kembali.”
·
“ Mari kita ulangi lagi latihan ini
sebanyak tiga kali (bisa juga lima kali)”
3. Terminasi
3.1 Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan Ibu setelah melakukan latihan ini?”
(Nyaman, lebih segar/ kesulitan)
Evaluasi Objektif : “apakah ada yang Ibu tidak
mengerti? Jika ada silahkan tanya saya Bu…”
“Jadi,Bu. Pernafasan apa yang lebih efektif?
Pernafasan dada atau perut?”
“Baiklah.sepertinya Ibu sudah mengerti.”
(pernafasan dengan perut lebih efektif daripada
pernafasan dengan dada)
Pernafasan pasien mulai teratur. “ Bisakah Ibu
menjelaskan kembali cara bernafas diagfragma?”
“Silahkan Ibu mencoba latihan tadi. Ibu ‘S’, ambil
nafas dengan perlahan sebanyak sepuluh kali setiap dua jam pada saat Ibu
terjaga selama masa periode pascaoperasi hingga Ibu bisa bergerak
(bermoblisasi) dan pada saat Ibu merasa nyeri”
3.2 Kontrak
yang akan datang
Topik : “Baiklah,
Bu. Latihan kita selanjutnya yaitu latihan berjalan pasca operasi.”
Waktu : “Saya
akan dating dua hari lagi….”
“ dan akan kita lakukan lebih kurang 20
menit”
Tempat : “Insyaallah akan kita lakukan latihannya di
kamar ibu ini saja ya Bu….”
“Baiklah, Bu. Semoga latihan kita hari ini akan
membawa manfaat bagi Ibu.Insyaallh kalau Ibu tekun melakukan latuhan, luka dan
nyeri pasca operasi Ibu cepat sembuh ya…..
Saya permisi dulu Bu…
Assalamu’laikum….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar