PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN


PERAN  BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN

Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, misalnya bagaimana menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur, dan dan orang di dalamnya.
Klasifikasi bermain
Dari sudut pandang perkembangan, pola permainan anak dapat dikategorikan menurut isi  dan karakter social.
  1. Menurut Isi Permainan
Isi permainan terutama meliputi aspek bermain fisik, meskipun hubungan social tidak dapat diabaikan, kecendrungannya dari sederha ke kompleks.
  1. Permainan Sosial-Afektif
Permainan ini membuat bayi merasakan kesenanga dalam berhubungan dengan orang lain. Berbagai cara yang dilakukan orang dewasa yang bisa membuat bayi berespon (seperti bicara, menyentuh, mencium)  membuat bayi segera belajar menstimulasi emosi dan merespon orang tua dengan cara tersenyum, mengeluarkan suara, memulai permainan, dan aktifitas.
  1. Permainan Rasa-senang
Merupakan pengalaman stimulasi nonsosial yang muncul begitu saja. Objek dalam lingkungan  seperti sinar, warna, rasa, bau, dan tekstur menarik perhatian anak, merangsang indra mereka dan memberikan kesenangan. Pengalaman rasa senang berasal ari memegang bahan mentah seperti air, gerakan tubuh seperti diayun, dan dari pengalaman lain yang menggunakan indra dan kemampuan tubuh.
  1. Permainan keterampilan
Bayi yang telah mampu menggenggam dan memanipulasi, mereka akan menunjukkan dan melatih kemampuan yang baru mereka kuasai secara terus-menerus dan berulang-ulang. Kemuadian anak akan bertekad untuk berhasil menunjukkan keterampilan sulit yang menimbulkan nyeri dan frustasi, misalnya belajar naik sepeda.
  1. Perilaku unoccupied
Anak tidak bermain, tetapi memfokuskan perhatian mereka pada hal yang menarik. Misalnya dengan melamun, memainkan pakian, atau berjalan tampa tujuan.
  1. Permainan dramatic  (simbolik) atau pura-pura
Permainan ini dimulai pada usia bayi akhir (11-13 bulan) dan merupakan permainan dominan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun). Pada tahap ini anak mulai memaknai situasi, manusia,  dan dunia. Mainan anak, dan replica benda-benda dapat dijadikan sebagai media untuk memerankan aktivitas orang dewasa misalnya memerankan perang oarng-orang di rumahnya, berperan memakai telepon, menaiki mobil-mobilan, bahkan bisa berkembang pada aspek diluar rumah seperti memerankan peran guru, dokter, perawat dan lain-lain. Aktitas orang dewasa  yang mereka perankan terkadang membuat mereka bingung dan stress. Anak  yang lebih besar menjalankan tema tertentu, memerankan sebuah cerita, dan menyusun drama itu sendiri.
  1. Permainan Game
Permainan yang dlakuakn seorang anak bisa sendirian saja ataupun dengan orang lain. Aktifitas soliter mencangkup permainan yang dimulai ketika anak yang masih sangat kecilberpartisipasi dalam aktifitas repetitive dan berlanjut ke permainan yang lebih rumit yang menatang keterampilan mendiri mereka, seperti menata Puzzle dan bermain kartu. Anak yang sangat muda berpartisispasi dalam permainan imitative sederhana seperi “petak umpet”. Anak prasekolah belajarmenikmati permainan formal  yang dimulai dengan permainan pertahanan diri yang ritual dimainkan seperti permainan ring-a-rosy and London Bridge. Anak prasekolah tidak terlibat dalam permainan kompetitif sebab mereka tidak suka dengan kekalahan, akan curang untuk mendat kemenangan, akan berusaha mengubah aturan main, membuat berbagi pengecualian dan kesempatan untuk dirinya. Anak usia sekolah menikmati permainan yang kompetitif seperti bermain catur, dan baseball.

  1. Menurut Karakter Sosial Permainan
Interaksi permainan pada masa bayi adalah antara anak dan orang dewasa. Selanjutnya interaksi dengan teman sebaya menjadi hal yang penting dalam sosialisasi. Bayi yang egosentris  dan toddler (usia 1-3 tahun) tidak menoleransi penolakan atau penundaan, serta campur  tangan.anak usia 5-6 tahun, mampu kompromi dan panengah perselisihan. Tipe-tipe permainannya yaitu:
a.       Permainan pengamat
Anak memperhatikan aktifitas dan interaksi anak lain dengan minat aktif tampa terlibat dan berpartisipasi.
b.      Permainan tunggal
Anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda dengan anak yang lain ditempat yang sama. Mereka asik sendiri tampa berniat mendekati atau berbicara dengan anak yang lain.
c.       Permainan parallel
Anak bermain secara mandiri diantara anak-anak lain dengan mainan yang sama. Mereka tampak kimpak, tetapi tidak saling mempengaruhi, t idak ada assosiasi kelompok, dan tidak bermain bersama
d.      Permianan assosiatif
Anak bermain bersama,  mengerjakan aktifitas serupa dan sama, tetapi tidak ada organisasi, pembagian kerja, penetapan pemimpin, atau tujuan bersama. Anak meminjam dan meminjami material permainan, saling mengikuti dengan mengendarai wangon, dan sepeda roda tiga. Kadang mengontrol siapa yang boleh bergabung dan siapa yang tidak boleh bergabung dalam kelompok itu.
e.       Permainan cooperative
Anak bermain secara berkelompok, mendiskusikan dan merencanakan  aktifitas untuk pencapaian akhir. Terdapat rasa saling memiliki dan tidak memiliki yang nyata. Tujuan dan pencapaiannya memerlukan pengorganisaian aktifitas, pembagian kerja dan peran bermian.

FUNGSI BERMAIN
  1. Perkembangan Sensorimotor
Aktifitas sensori adalah komponen utama bermain pada semua usia dan merupakan bentuk dominan permainan pada masa bayi. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepas kelebihan energy. Bayi memperoleh kesan tentang diri  dan dunia merek amelalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan kinestetik. Toddler dan anak prasekolah menyukai gerakan tubuh dan mengesplorasi segala sesuatu di ruangan. Anak yang lebih muda suka berlari, anak yang lebih besar mulai mengembangkan aktifitas yang rumit seperti berlomba, dan naik sepeda.
  1. Perkembangan Intelektual
Melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar mengenali warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan fungsi objek. Mereka belajar tentang angka-angka dan bagaimana cara menggunakannya, mereka  bisa menghubungkan kata dengan benda, mengembangkan kemampuan berbahasa, memahami abstrak, hingga hubungan spasial seperti naik, turun, bawah atas.
Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua variable terpenting yang  terkait dengan perkembangan koognitif selama mas abayi dan prasekolah (Chase,1994)
  1. Sosialisasi
Hubungan social pertama bayi adalah dengan ibu. Dengan bermain dengan anak lain mereka belajar membentuk hubungan social dan menyelesaikan masalah terkait dengan hubungan ini. Mereka belajar member dan menerima, tetapi mereka lebih mendengar kritik dari teman sebaya ketimbang dari orang dewasa. Anak mempelajari yang benar dan yang salah, standar masyarakat dan bertanggungjawab atas tindakan mereka.
  1. KreatifitasBermain memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi.mereka  bereksperimen  dan mencoba ide mereka pada setiap media yang mereka punya. Kreatif biasanya menuntut penyamaaan, sehingga usaha untuk diterima oleh teman sebaya merupakan suatu rintangan upaya kreatif anak sekolah dan remaja.. kreatifitas muncul dari aktifitas tunggal maupun dari pengembangan ide orang lain yang didengar.
  2. Kesadaran Diri
Ekplorasi tubuh anak dan kesadarn terpisah dari ibunya , proses identifikasi diri difsilitasi melaluikegiatan bermain. Anak-anak mulai mengenali siapa diri mereka dan dimana posisi mereka. Mereka mulai mengatur tingkah laku sendiri, mempelajari kemampuan sendiri dan membendingkannya dengan kemampuan anak lain. Dalam permaian mereka menguji kemampuan mereka, melaksanakan dan mencoba berbagai peran, dan mempelajari dampak dari perilaku mereka kepada orang lain.
  1. Manfaat terapeutik
bermain memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan  dan stress yang  dihadapi di lingkungannya. Melalui bermain anak dapat mengkomunikasakan kebutuhan, rasa takut, dan keinginan mereka  kepada pengamat yang tidak dapat  ekspresikan  karena keterbatasan keterampilan bahasa mereka.
  1. Nilai Moral
Anak belajar tentang benar dan salah di rumah dan sekolah. Selain itu interaksi mereka dengan teman sebaya selama bermain memiliki peran yang penting dalam penbentukan  moral mereka.  Bila mereka ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus menaati aturan perilaku yang diterima budaya (mis. Adil, jujur, control diri, dan mempertimbangkan orang lain). Anak segera memperlajari bahwa sebaya mereka kurang toleran terhadap  kekerasan dibandingkan orang dewasa dan bahwa untuk mempertahankan tempat dalam kelompok bermain mereka harus menyesuaikan diri dengan standar kelompok tersebut.

MAINAN
 Mainan yang sipilih dan diberikan untuk anak dapat memfasilitasi perkembangan mereka. Mainan merupakan replica kecil dari budaya dan alat-alatnya membantu mereka mengsimilasi budaya mereka. Mainan yang memerlukan aktifitas mendorong, menarik, menggulung dan  memanipulasi mengajarkan mereka tentang sifat fisika dari benda dan membantu mengembangkan otot  dan koordinasi. Aturan dan elemen dasar dari kerja sama dan organisasi dipelajari melalui permainan papan.
Kerena mainan dapat digunakan dalam berbagai cara, bahan mentah mainan  yang dapat melatih kreatitas danimajinasi mereka terkadang merupakan bahan yang siap pakai. Misalnya kotak-kotak bangunan dapat digunakan untuk membangun berbagai bentuk, utnutk menghitung, dan mempelajariu bentuk dan ukuran.

Keamanan Mainan
Pemilihan mainan dan alat bermaian adalah upaya bersama antara orang tua dan anak, tetapi evaluasi terhadap keamanannya adalah tanggungjawab orangtua. Lembaga pemerintah tidak mengawasi dan membuat kebijakan tentang semua mainan di pasar. Karenanya orang dewasa  yang membeli, mengawasi pembelian, atau mengizinkan anak untuk menggunakan alat bermaian perlu mengevaluasi keamanan alat-alat ini, termasuk mainan yang merupakan hadiah atau maianan yang dibelioleh anak itu sendiri. Mereka juga harus mewaspadai peringatan yang tercantum pada mainan  yang tercantum pada mainan yang ditetapkan sebgaai detektif dan diperingatkan oleh pabriknya.