Pengkajian Sisik System Perkemihan
1. Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya sedimen
2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat infeksi saluran kemih
3. Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)
4. Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau supra pubik kateter
5. Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan sistem perkemihan
1. Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya sedimen
2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat infeksi saluran kemih
3. Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)
4. Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau supra pubik kateter
5. Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan sistem perkemihan
Kateterisasi
Kateterisasi urine adalah tindakan
memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan
mengeluarkan urine.
1. Persiapan
a. Persiapan
pasien
1)
Mengucapkan salam terapeutik
2)
Memperkenalkan diri
3)
Menjelaskan pada klien dan keluarga
tentang prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilaksanakan.
4)
Penjelasan
yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5)
Selama
komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6)
Klien/keluarga
diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7)
Privacy klien selama komunikasi
dihargai.
8)
Memperlihatkan kesabaran , penuh empati,
sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9)
Membuat
kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan
alat
1) Bak instrumen
berisi :
a) Poly kateter
sesuai ukuran 1 buah
b) Urine bag steril 1 buah
c) Pinset anatomi 2 buah
d) Duk steril
e) Kassa steril yang diberi jelly
2) Sarung tangan steril
3) Kapas sublimat dalam
kom tertutup
4) Perlak
dan pengalasnya 1 buah
5) Sampiran
6) Cairan
aquades atau Nacl
7) Plester
8) Gunting
verband
9) Bengkok
1 buah
10) Korentang
pada tempatnya
2.
Prosedur
pemasangan keteter pada pria
a.
Pasien
diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat
didekatkan ke pasien
b.
Pasang
sampiran
c.
Cuci
tangan
d.
Pasang
pengalas/perlak dibawah bokong klien
e.
Pakaian
bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien terlentang. Kaki
sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien
f.
Buka
bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan
alat genitalia dengan kapas sublimat
dengan menggunakan pinset.
g.
Bersihkan
genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non dominan penis dibersihkan dengan
menggunakan kapas sublimat oleh tangan dominan dengan gerakan memutar dari
meatus keluar. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Letakkan
pinset dalam bengkok
h.
Ambil
kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira
10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar.
Masukkan Cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik
sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti
kateter sudah masuk pada kandung kemih
i.
Lepaskan
duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur
j.
Fiksasi
kateter
k.
Lepaskan
sarung
l.
Pasien dirapihkan kembali
m. Alat
dirapihkan kembali
n. Mencuci
tangan
o. Melaksanakan
dokumentasi :
1)
Catat
tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
2)
Catat
tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda
tangan/paraf pada lembar catatan klien
3. Prosedur Pemasangan Kateter Pada
Wanita
a.
Klien
diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat
didekatkan ke pasien
b.
Pasang
sampiran
c.
Cuci
tangan
d.
Pasang
pengalas/perlak dibawah bokong klien
e.
Pakaian
bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien lithotomi (kaki
ditekuk dan Kaki sedikit dibuka). Bengkok diletakkan didekat bokong klien
f.
Buka
bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan
alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.
g.
Bersihkan
genitalia dengan cara : dengan tangan nondominan perawat membuka vulva kemudian
tangan kanan memegang pinset dan mengambil satu buah kapas sublimat.
Selanjutnya bersihkan labia mayora dari atas kebawah dimulai dari sebelah kiri
lalu kanan, kapas dibuang dalam bengkok, kemudian bersihkan labia minora,
klitoris, dan anus. Letakkan pinset pada bengkok.
h.
Ambil
kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira
10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar.
Masukkan Cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis di
kateter. Tarik sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter terasa
tertahan berarti kateter sudah masuk pada kandung kemih
i.
Lepaskan
duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur
j.
Fiksasi
kateter pada bagian sisi dalam paha klien
k.
Klien
dirapikan kembali
l.
Alat
dirapikan kembali
m.
Mencuci
tangan
n.
Melaksanakan
dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan
hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan
tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar
catatan klien
PERAWATAN PASIEN DENGAN
HEMODIALISA
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa
metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah
lewat alat dializer yang berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui
membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Haemodialysa
dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Christin
Brooker, 2001).
Hemodialisis berasal dari kata hemo yang
berarti darah dan dialysis yang berarti pemisahan atau filtrasi, melalui
membrane semi-permeabel. Jadi hemodialisa adalah proses pemisahan atau filtrasi
zat-zat tertentu dari darah melalui membrane semi-permeabel (Fery Erawati
Burnama (Instalasi Dialisis RSUD Dr. Doris Silvanus).
Dasar-dasar
Hemodialisis
Hemodialisa merupakan
salah satu bentuk terapi pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang
sifatnya akut maupun kronik sampai pada stadium gagal ginjal terminal, dengan
bantuan mesin hemodialisa. Ada 3 unsur penting yang saling terkait pada proses
hemodialisa yaitu : sirkuit darah (saluran ekstrakorporeal), ginjal buatan
(dializer), dan sirkuit dialisat.
Prinsip pada
hemodialisis, mesin memompa darah dari tubuh pasien ke dalam dializer, dan dari
sisi lain cairan dialisat dialirkan kedalam dializer. Didalam dializer inilah
proses dialysis terjadi. Darah yang sudah didialisis atau sudah dibersihkan
dipompa kembali kedalam tubuh. Untuk kelancaran dan keberhasilan proses
hemodialisis dengan mesin hemodialisis diperlukan suatu prosedur tentang
tindakan hemodialisis.
Tujuan Hemodilisa
Tujuan hemodialisis adalah untuk
mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air
yang berlebihan.
Indikasi Hemodialisa
1. Indikasi
segera
Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati
perifer, hiperkalemi, hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri
berat atau anuria.
2.
Indikasi
dini
[
Gejala
uremia
Mual,
muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup.
[ Laboratorium
abnormal
Asidosis,
azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg %,
TKK : 5 ml/menit.
3.
Frekuensi
Hemodialisa
Frekuensi dialisa
bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi
sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Program dialisa dikatakan berhasil jika:
§
penderita
kembali menjalani hidup normal
§
penderita
kembali menjalani diet yang normal
§ jumlah
sel darah merah dapat ditoleransi
§ tekanan
darah normal
§ tidak
terdapat kerusakan saraf yang progresif.
Peralatan Haemodialisa
1. Arterial
– Venouse Blood Line (AVBL)
AVBL
terdiri dari :
a) Arterial
Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang
menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser,
disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b) Venouse
Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang
menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh
pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume
adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen
dialiser.
Bagian-bagian dari
AVBL dan kopartemen adalah konektor,
ujung runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble
trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah
heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.
2. Dializer
/ginjal buatan (artificial kidney)
Adalah suatu alat
dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:
Ø
Kompartemen
darah yaitu ruangan yang berisi darah
Ø
Kompartemen
dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
Ø
Kedua
kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Ø
Dialiser
mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping
untuk keluar masuk dialisat.
3.
Air
water treatment
Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai
pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber,
seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu dengan cara “water
treatment” sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of
Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis
seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.
4. Larutan
Dialisat
Dialisat adalah
larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar
dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat
asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free
potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder,
sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water treatment
sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).
5. Mesin
hemodialisis
Ada bermacam-macam mesin hemodilisis sesuai dengan
merek nya. Tetapi prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan
dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat
circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol
bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood
volume monitor.
6.
Perlengkapan
hemodilaisis lainnya
Ø
Jarum
punksi, adalah jarum yang dipakai pada
saat melakukan punksi akses vaskuler, macamnya :
¶
Single
needle
Jarum
yang dipakai hanya satu, tetapi mempunyai dua cabang, yang satu untuk darah
masuk dan yang satu untuk darah keluar. Punksi hanya dilakukan sekali.
¶
AV
– Fistula
Jarum yang bentuknya
seperti wing needle tetapi ukurannya besar. Jika menggunakan AV – Fistula ini,
dilakukan dua kali penusukan.
Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi
|
Penyebab
|
Demam
Reaksi
anafilaksis yg berakibat fatal
(anafilaksis)
Tekanan
darah rendah
Gangguan
irama jantung
Emboli
udara
Perdarahan
usus, otak, mata atau perut
|
·
Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen) di dalam darah
·
Dialisat terlalu panas
·
Alergi terhadap zat di dalam mesin
·
Tekanan darah rendah
·
Terlalu banyak cairan yg dibuang
·
Kadar kalium & zat lainnya yg
abnormal dalam darah
·
Udara memasuki darah di dalam mesin
·
Penggunaan heparin di dalam mesin untuk mencegah pembekuan
|
Gambar pasien yang menjalani hemodialisa
PERAWATAN HEMODIALISA
1. Perawatan
sebelum Hemodialisa
Persiapan mesin
Listrik
Air (sudah melalui pengolahan)
Saluran pembuangan
Dialisat (proportioning sistim, batch sistim)
Persiapan peralatan + obat-obatan
Dialyzer/ Ginjal buatan (GB)
AV Blood line
AV fistula/abocath
Infuse set
Spuit : 50 cc, 5 cc, dll ; insulin
Heparin inj
Xylocain (anestesi local)
NaCl 0,90 %
Kain kasa/ Gaas steril
Duk steril
Sarung tangan steril
Bak kecil steril
Mangkuk kecil steril
Klem
Plester
Desinfektan (alcohol + bethadine)
Gelas ukur (mat kan)
Timbangan BB
Formulir hemodialisis
Sirkulasi darah
Persiapan mesin
Listrik
Air (sudah melalui pengolahan)
Saluran pembuangan
Dialisat (proportioning sistim, batch sistim)
Persiapan peralatan + obat-obatan
Dialyzer/ Ginjal buatan (GB)
AV Blood line
AV fistula/abocath
Infuse set
Spuit : 50 cc, 5 cc, dll ; insulin
Heparin inj
Xylocain (anestesi local)
NaCl 0,90 %
Kain kasa/ Gaas steril
Duk steril
Sarung tangan steril
Bak kecil steril
Mangkuk kecil steril
Klem
Plester
Desinfektan (alcohol + bethadine)
Gelas ukur (mat kan)
Timbangan BB
Formulir hemodialisis
Sirkulasi darah
Langkah-langkah:
Cuci tangan
Letakkan GB pada holder, dengan posisi merah diatas
Hubungkan ujung putih pada ABL dengan GB ujung merah
Hubungkan ujung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL dihubungkan dengan alat penampung/ mat-kan
Letakkan posisi GB terbalik, yaitu yang tanda merah dibawah, biru diatas
Gantungkan NaCl 0,9 % (2-3 kolf)
Pasang infus set pada kolf NaCl
Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat khusus
Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, (untuk hubungan tekanan arteri, tekanan vena, pemberian obat-obatan)
Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set
100 ml/m±Jalankan Qb dengan kecepatan
Udara yang ada dalam GB harus hilang (sampai bebeas udara) dengan cara menekan-nekan VBL
Air trap/Bubble trap diisi 2/3-3/4 bagian
Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan
Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung VBL, klem tetap dilepas
Masukkan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U
Ganti kolf NaCl dengan yang baru yang telah diberi heparin 500 U dan klem infus dibuka
Jalankan sirkulasi darah + soaking (melembabkan GB) selama 10-15 menit sebelu dihubungkan dengan sirkulasi sistemik (pasien)
Letakkan GB pada holder, dengan posisi merah diatas
Hubungkan ujung putih pada ABL dengan GB ujung merah
Hubungkan ujung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL dihubungkan dengan alat penampung/ mat-kan
Letakkan posisi GB terbalik, yaitu yang tanda merah dibawah, biru diatas
Gantungkan NaCl 0,9 % (2-3 kolf)
Pasang infus set pada kolf NaCl
Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat khusus
Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, (untuk hubungan tekanan arteri, tekanan vena, pemberian obat-obatan)
Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set
100 ml/m±Jalankan Qb dengan kecepatan
Udara yang ada dalam GB harus hilang (sampai bebeas udara) dengan cara menekan-nekan VBL
Air trap/Bubble trap diisi 2/3-3/4 bagian
Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan
Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung VBL, klem tetap dilepas
Masukkan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U
Ganti kolf NaCl dengan yang baru yang telah diberi heparin 500 U dan klem infus dibuka
Jalankan sirkulasi darah + soaking (melembabkan GB) selama 10-15 menit sebelu dihubungkan dengan sirkulasi sistemik (pasien)
2.Peraewatan
Selama Hemodialisis (INTRA HD)
Pasien
Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi :
Dengan internal A-V shunt/ fistula cimino
Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan & tangan
Teknik aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol
Anestesi local (lidocain inj, procain inj)
Punksi vena (outlet). Dengan AV fistula no G.14 s/d G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan kasa steril
Berikan bolus heparin inj (dosis awal)
Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan kassa steril
Pasien
Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi :
Dengan internal A-V shunt/ fistula cimino
Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan & tangan
Teknik aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol
Anestesi local (lidocain inj, procain inj)
Punksi vena (outlet). Dengan AV fistula no G.14 s/d G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan kasa steril
Berikan bolus heparin inj (dosis awal)
Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan kassa steril
Dengan eksternal A-V shunt (Schibner)
Desinfektan
Klem kanula arteri & vena
Bolus heparin inj (dosis awal)
Tanpa 1 & 2 (femora dll)
Desinfektan
Anestesi local
Punksi outlet/ vena (salah satu vena yang besar, biasanya di lengan).
Bolus heparin inj (dosis awal)
Fiksasi, tutup kassa steril
Punksi inlet (vena/ arteri femoralis)
Raba arteri femoralis
Tekan arteri femoralis
0,5 – 1 cm ke arah medial±Vena femoralis
Anestesi lokal (infiltrasi anetesi)
Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3-5 menit
Fiksasi
Tutup dengan kassa steril
Desinfektan
Klem kanula arteri & vena
Bolus heparin inj (dosis awal)
Tanpa 1 & 2 (femora dll)
Desinfektan
Anestesi local
Punksi outlet/ vena (salah satu vena yang besar, biasanya di lengan).
Bolus heparin inj (dosis awal)
Fiksasi, tutup kassa steril
Punksi inlet (vena/ arteri femoralis)
Raba arteri femoralis
Tekan arteri femoralis
0,5 – 1 cm ke arah medial±Vena femoralis
Anestesi lokal (infiltrasi anetesi)
Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3-5 menit
Fiksasi
Tutup dengan kassa steril
Memulai
hemodialisis
1.Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet
2.Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet
3.Semua klem dibuka, kecuali klem infus set
100 ml/m, sampai sirkulasi darah terisi darah semua.±4.Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb
5.Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan punksi outlet
6.Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
7.cairan priming diampung di gelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan sesuai kebutuhan).
8.Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikkan sampai 300 ml/m (dilihat dari keadaan pasien)
9.Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan air/ blood leak detector
10.Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan NaCl
11.Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan mengukur TD, N, lebih sering.
12.Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB, Cairan priming yang masuk, makan/minum, keluhan selama HD, masalah selama HD.
Catatan :
1.Permulaan HD posisi dialyzer terbalik setelah dialyzer bebas udara posisi kembalikan ke posisi sebenarnya.
2.Pada waktu menghubungkan venous line dengan punksi outlet, udara harus diamankan lebih dulu
3.Semua sambungan dikencangkan
4.Tempat-tempat punksi harus harus sering dikontrol, untuk menghindari terjadi perdarahan dari tempat punksi.
1.Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet
2.Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet
3.Semua klem dibuka, kecuali klem infus set
100 ml/m, sampai sirkulasi darah terisi darah semua.±4.Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb
5.Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan punksi outlet
6.Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
7.cairan priming diampung di gelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan sesuai kebutuhan).
8.Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikkan sampai 300 ml/m (dilihat dari keadaan pasien)
9.Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan air/ blood leak detector
10.Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan NaCl
11.Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan mengukur TD, N, lebih sering.
12.Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB, Cairan priming yang masuk, makan/minum, keluhan selama HD, masalah selama HD.
Catatan :
1.Permulaan HD posisi dialyzer terbalik setelah dialyzer bebas udara posisi kembalikan ke posisi sebenarnya.
2.Pada waktu menghubungkan venous line dengan punksi outlet, udara harus diamankan lebih dulu
3.Semua sambungan dikencangkan
4.Tempat-tempat punksi harus harus sering dikontrol, untuk menghindari terjadi perdarahan dari tempat punksi.
Mesin
Memprogram mesin hemodialisis :
1.Qb : 200 – 300 ml/m
2.Qd : 300 – 500 ml/m
3.Temperatur : 36-400C
4.TMP. UFR
5.Heparinisasi
Tekanan (+) /venous pressure
Trans Membran Pressure / TMP Tekanan (-) / dialysate pressure
Tekanan (+) + tekanan (-)
Tekanan / pressure :
Arterial pressure / tekanan arteri : banyaknya darah yang keluar dari tubuh
Venous pressure / tekanan vena : lancar/ tidak darah yang masuk ke dalam.
Memprogram mesin hemodialisis :
1.Qb : 200 – 300 ml/m
2.Qd : 300 – 500 ml/m
3.Temperatur : 36-400C
4.TMP. UFR
5.Heparinisasi
Tekanan (+) /venous pressure
Trans Membran Pressure / TMP Tekanan (-) / dialysate pressure
Tekanan (+) + tekanan (-)
Tekanan / pressure :
Arterial pressure / tekanan arteri : banyaknya darah yang keluar dari tubuh
Venous pressure / tekanan vena : lancar/ tidak darah yang masuk ke dalam.
Heparinisasi
Dosis heparin :
Dosis awal : 25 – 50 U/kg BB
Dosis selanjutnya (maintenance) = 500 – 1000 U/kg BB
Cara memberikan
Kontinus
Intermiten (biasa diberikan tiap 1 jam sampai 1 jam terakhir sebelum HD selesai)
Heparinisasi umum
Kontinus :
Dosis awal : ……. U
Dosis selanjutnya : …… U
Intermitten :
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ……. U
Heparinisasi regional
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ….. U
Protamin : …. U
Heparin : protamin = 100 U : 1 mg
Heparin & protamin dilarutkan dengan NaCl.
Heparin diberikan/ dipasang pada selang sebelum dializer.
Protamin diberikan/ dipasang pada selang sebelum masuk ke tubuh/ VBL.
Heparinisasi minimal
Syarat-syarat :
Dialyzer khusus (kalau ada).
Qb tinggi (250 – 300 ml/m)
Dosis heparin : 500 U (pada sirkulasi darah).
Bilas dengan NaCl setiap : ½ – 1 jam
Banyaknya NaCl yang masuk harus dihitung
Jumlahnya NaCl yang masuk harus dikeluarkan dari tubuh, bisa dimasukkan ke dalam program ultrafiltrasi
Catatan :
Dosis awal : diberikan pada waktu punksi : sirkulasi sistem
Dosis selanjutnya: diberikan dengan sirkulasi (maintenance) ekstra korporeal.
Dosis heparin :
Dosis awal : 25 – 50 U/kg BB
Dosis selanjutnya (maintenance) = 500 – 1000 U/kg BB
Cara memberikan
Kontinus
Intermiten (biasa diberikan tiap 1 jam sampai 1 jam terakhir sebelum HD selesai)
Heparinisasi umum
Kontinus :
Dosis awal : ……. U
Dosis selanjutnya : …… U
Intermitten :
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ……. U
Heparinisasi regional
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ….. U
Protamin : …. U
Heparin : protamin = 100 U : 1 mg
Heparin & protamin dilarutkan dengan NaCl.
Heparin diberikan/ dipasang pada selang sebelum dializer.
Protamin diberikan/ dipasang pada selang sebelum masuk ke tubuh/ VBL.
Heparinisasi minimal
Syarat-syarat :
Dialyzer khusus (kalau ada).
Qb tinggi (250 – 300 ml/m)
Dosis heparin : 500 U (pada sirkulasi darah).
Bilas dengan NaCl setiap : ½ – 1 jam
Banyaknya NaCl yang masuk harus dihitung
Jumlahnya NaCl yang masuk harus dikeluarkan dari tubuh, bisa dimasukkan ke dalam program ultrafiltrasi
Catatan :
Dosis awal : diberikan pada waktu punksi : sirkulasi sistem
Dosis selanjutnya: diberikan dengan sirkulasi (maintenance) ekstra korporeal.
PENGAMATAN
OBSERVASI, MONITOR SELAMA HEMODIALISA
1.PASIEN
KU pasien
TTV
Perdarahan
Tempat punksi inlet, outlet
Keluhan/ komplikasi hemodialisis
2.MESIN & PERALATAN
Qb
Qd
Temperature
Koduktiviti
Pressure/ tekanan : arterial, venous, dialysate, UFR
Air leak & Blood leak
Heparinisasi
Sirkulasi ekstra corporeal
Sambungan-sambungan
CATATAN :
Obat menaikkan TD ( tu. pend hipotensi berat) : Efedrin 1 ampul + 10 cc aquadest kmd disuntik 2 ml/IV
1.PASIEN
KU pasien
TTV
Perdarahan
Tempat punksi inlet, outlet
Keluhan/ komplikasi hemodialisis
2.MESIN & PERALATAN
Qb
Qd
Temperature
Koduktiviti
Pressure/ tekanan : arterial, venous, dialysate, UFR
Air leak & Blood leak
Heparinisasi
Sirkulasi ekstra corporeal
Sambungan-sambungan
CATATAN :
Obat menaikkan TD ( tu. pend hipotensi berat) : Efedrin 1 ampul + 10 cc aquadest kmd disuntik 2 ml/IV
3.Perawatan Sesudah
Hemodialisis (POST HD)
Mengakhiri HD
Persiapan alat :
Kain kasa/ gaas steril
Plester
Verband gulung
Alkohol/ bethadine
Antibiotik powder (nebacetin/ cicatrin)
Bantal pasir (1-1/2 keram) : pada punksi femoral
Mengakhiri HD
Persiapan alat :
Kain kasa/ gaas steril
Plester
Verband gulung
Alkohol/ bethadine
Antibiotik powder (nebacetin/ cicatrin)
Bantal pasir (1-1/2 keram) : pada punksi femoral
Cara bekerja
1.5 menit sebelum hemodialisis berakhir
Qb diturunkan sekitar 100cc/m
UFR = 0
2.Ukur TD, nadi
3.Blood pump stop
4.Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut , bekas punksi inlet ditekan dengan kassa steril yang diberi betadine.
5.Hubungkan ujung abl dengan infus set
50 – 100 cc)± 100 ml/m (NaCl masuk : ±6.Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan do dorong dengan nacl sambil qb dijalankan
7.Setelah darah masuk ke tubuh Blood pump stop, ujun VBL diklem.
8.Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan kassa steril yang diberi bethadine
9.Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet & outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu pasang verband.
10.Ukur TTV : TD. N, S, P
11.Timbang BB (kalau memungkinkan)
12.Isi formulir hemodialisis
Catatan :
1.Cairan pendorong/ pembilas (NaCl) sesuai dengan kebutuhan , kalau perlu di dorong dengan udara ( harus hati-hati)
2.Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
3.Bekas punksi femoral lebih lama, setelah perdarahan berhenti, ditekan kembali dengan bantal pasir
4.Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
5.Memakai teknik aseptik dan antiseptik
1.5 menit sebelum hemodialisis berakhir
Qb diturunkan sekitar 100cc/m
UFR = 0
2.Ukur TD, nadi
3.Blood pump stop
4.Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut , bekas punksi inlet ditekan dengan kassa steril yang diberi betadine.
5.Hubungkan ujung abl dengan infus set
50 – 100 cc)± 100 ml/m (NaCl masuk : ±6.Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan do dorong dengan nacl sambil qb dijalankan
7.Setelah darah masuk ke tubuh Blood pump stop, ujun VBL diklem.
8.Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan kassa steril yang diberi bethadine
9.Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet & outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu pasang verband.
10.Ukur TTV : TD. N, S, P
11.Timbang BB (kalau memungkinkan)
12.Isi formulir hemodialisis
Catatan :
1.Cairan pendorong/ pembilas (NaCl) sesuai dengan kebutuhan , kalau perlu di dorong dengan udara ( harus hati-hati)
2.Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
3.Bekas punksi femoral lebih lama, setelah perdarahan berhenti, ditekan kembali dengan bantal pasir
4.Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
5.Memakai teknik aseptik dan antiseptik
SCRIBNER
1.Pakai sarung tangan
2.Sebelum ABL & VBL dilepas dari kanula maka kanula arteri & kanula vena harus diklem lebih dulu
3.kanula arteri & vena dibilas dengan NaCl yang diberi 2500 U – 300 U heparin inj
4.Kedua sisi kanula dihubungkan kembali dengan konektor
5.Lepas klem pada kedua kanula
6.Fiksasi
7.Pasang balutan dengan sedikit kanula bisa dilihat dari luar, untuk mengetahui ada bekuan atau tidak.
1.Pakai sarung tangan
2.Sebelum ABL & VBL dilepas dari kanula maka kanula arteri & kanula vena harus diklem lebih dulu
3.kanula arteri & vena dibilas dengan NaCl yang diberi 2500 U – 300 U heparin inj
4.Kedua sisi kanula dihubungkan kembali dengan konektor
5.Lepas klem pada kedua kanula
6.Fiksasi
7.Pasang balutan dengan sedikit kanula bisa dilihat dari luar, untuk mengetahui ada bekuan atau tidak.
Persiapan Klien yang
Dilakukan IVP
Pyelogram
intravena (IVP) adalah x-ray khusus pemeriksaan ginjal, kandung kemih, dan
ureter (saluran yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih). IVP dilakukan di departemen radiologi rumah
sakit atau penyedia layanan kesehatan kantor oleh teknisi x-ray. Pasien perlu
untuk mengosongkan kandung kemih segera sebelum prosedur dimulai.
Penyedia perawatan kesehatan akan menyuntikkan yodium berbasis sebuah kontras (pewarna) ke dalam pembuluh darah di lengan pasien. Serangkaian x-ray foto akan diambil pada waktu yang berbeda untuk melihat bagaimana ginjal menghapus pewarna dan bagaimana mengumpulkan dalam urin.
Sebuah perangkat kompresi (sabuk lebar yang mengandung dua balon yang dapat meningkat) dapat digunakan untuk menyimpan bahan kontras dalam ginjal. Prosedur ini memakan waktu hingga satu jam. Sebelum pengambilan gambar dilakukan akhir, pasien diminta untuk buang air kecil lagi, untuk melihat seberapa baik kandung kemih telah dikosongkan. Setelah prosedur ini, pasien boleh melanjutkan diet dan obat-obatan. Pasien harus minum banyak cairan untuk membantu menghapus semua pewarna kontras dari tubuh.
Cara Mempersiapkan Test
1. Seperti semua x-ray prosedur, pasien ditanya:
Penyedia perawatan kesehatan akan menyuntikkan yodium berbasis sebuah kontras (pewarna) ke dalam pembuluh darah di lengan pasien. Serangkaian x-ray foto akan diambil pada waktu yang berbeda untuk melihat bagaimana ginjal menghapus pewarna dan bagaimana mengumpulkan dalam urin.
Sebuah perangkat kompresi (sabuk lebar yang mengandung dua balon yang dapat meningkat) dapat digunakan untuk menyimpan bahan kontras dalam ginjal. Prosedur ini memakan waktu hingga satu jam. Sebelum pengambilan gambar dilakukan akhir, pasien diminta untuk buang air kecil lagi, untuk melihat seberapa baik kandung kemih telah dikosongkan. Setelah prosedur ini, pasien boleh melanjutkan diet dan obat-obatan. Pasien harus minum banyak cairan untuk membantu menghapus semua pewarna kontras dari tubuh.
Cara Mempersiapkan Test
1. Seperti semua x-ray prosedur, pasien ditanya:
*
Apakah alergi terhadap bahan kontras
* Apakah hamil
* Apakah ada obat alergi
2. Pasien mungkin akan diberi pencahar untuk diambil sore sebelum prosedur untuk membersihkan usus sehingga ginjal dapat terlihat jelas.
3. menandatangani formulir izin.
* Apakah hamil
* Apakah ada obat alergi
2. Pasien mungkin akan diberi pencahar untuk diambil sore sebelum prosedur untuk membersihkan usus sehingga ginjal dapat terlihat jelas.
3. menandatangani formulir izin.
4. memakai baju rumah sakit dan melepas semua
perhiasan.
Cara Test Will Fell
Pasien mungkin merasakan sensasi
terbakar atau kemerahan pada lengan dan tubuh sebagai pewarna kontras
disuntikkan. Dan juga memiliki rasa logam dalam mulut. Ini normal dan akan
segera menghilang.
Beberapa orang bahkan sakit kepala, mual, atau muntah setelah zat warna disuntikkan.
Sabuk di ginjal mungkin merasa ketat di daerah perut pasien.
IVP dapat digunakan untuk mengevaluasi:
* Infeksi kandung kemih dan ginjal
* Darah dalam urin
* Flank rasa sakit (mungkin karena batu ginjal)
* Tumor
* Para saluran kemih atas kerusakan setelah cedera perut
Tes dapat mengungkapkan penyakit ginjal, kelainan kelahiran, tumor, batu ginjal, dan peradangan disebabkan oleh infeksi.
Tambahan kondisi di mana pengujian dapat dilakukan:
* Akut oklusi arteri ginjal
* Akut bilateral obstruktif uropathy
* Infeksi ginjal akut
* Akut sepihak obstruktif uropathy
* Analgesik nefropati
* Atheroembolic penyakit ginjal
* Benign prostatic hyperplasia
* Bilateral hidronefrosis
* Karsinoma pelvis renalis atau ureter
* Kronis bilateral obstruktif uropathy
* Kronis glomerulonefritis
* Kronis obstruktif sepihak uropathy
* Complicated ISK (pielonefritis)
* Cystinuria
* Luka dari ginjal dan saluran kencing
* Meduler penyakit kista
* Penyakit ginjal polikistik
* Kanker prostat
* Reflux nephropathy
* Renal cell carcinoma
* Ginjal papiler nekrosis
* Renovascular hipertensi
* Retroperitoneal fibrosis
* Unilateral hidronefrosis
* Ureterocele
* Wilms tumor
Resiko
Ada kemungkinan reaksi alergi terhadap zat warna, bahkan jika Anda telah menerima pewarna kontras di masa lalu tanpa masalah. Jika Anda memiliki alergi terhadap yodium dikenal berbasis Sebaliknya, tes alternatif harus dilakukan. Alternatif termasuk retrograde pyelography, MRI, atau USG.
Ada paparan radiasi rendah. Sinar-X dimonitor dan diatur untuk memberikan jumlah minimum paparan radiasi yang diperlukan untuk menghasilkan gambar. Kebanyakan ahli merasa bahwa risiko rendah dibandingkan dengan manfaat.
Wanita hamil dan anak-anak lebih sensitif terhadap risiko radiasi.
Beberapa orang bahkan sakit kepala, mual, atau muntah setelah zat warna disuntikkan.
Sabuk di ginjal mungkin merasa ketat di daerah perut pasien.
IVP dapat digunakan untuk mengevaluasi:
* Infeksi kandung kemih dan ginjal
* Darah dalam urin
* Flank rasa sakit (mungkin karena batu ginjal)
* Tumor
* Para saluran kemih atas kerusakan setelah cedera perut
Tes dapat mengungkapkan penyakit ginjal, kelainan kelahiran, tumor, batu ginjal, dan peradangan disebabkan oleh infeksi.
Tambahan kondisi di mana pengujian dapat dilakukan:
* Akut oklusi arteri ginjal
* Akut bilateral obstruktif uropathy
* Infeksi ginjal akut
* Akut sepihak obstruktif uropathy
* Analgesik nefropati
* Atheroembolic penyakit ginjal
* Benign prostatic hyperplasia
* Bilateral hidronefrosis
* Karsinoma pelvis renalis atau ureter
* Kronis bilateral obstruktif uropathy
* Kronis glomerulonefritis
* Kronis obstruktif sepihak uropathy
* Complicated ISK (pielonefritis)
* Cystinuria
* Luka dari ginjal dan saluran kencing
* Meduler penyakit kista
* Penyakit ginjal polikistik
* Kanker prostat
* Reflux nephropathy
* Renal cell carcinoma
* Ginjal papiler nekrosis
* Renovascular hipertensi
* Retroperitoneal fibrosis
* Unilateral hidronefrosis
* Ureterocele
* Wilms tumor
Resiko
Ada kemungkinan reaksi alergi terhadap zat warna, bahkan jika Anda telah menerima pewarna kontras di masa lalu tanpa masalah. Jika Anda memiliki alergi terhadap yodium dikenal berbasis Sebaliknya, tes alternatif harus dilakukan. Alternatif termasuk retrograde pyelography, MRI, atau USG.
Ada paparan radiasi rendah. Sinar-X dimonitor dan diatur untuk memberikan jumlah minimum paparan radiasi yang diperlukan untuk menghasilkan gambar. Kebanyakan ahli merasa bahwa risiko rendah dibandingkan dengan manfaat.
Wanita hamil dan anak-anak lebih sensitif terhadap risiko radiasi.
Pertimbangan
Computed tomography (CT) Scan telah menggantikan IVP sebagai alat utama untuk memeriksa sistem saluran kemih. CT waktu yang panjang untuk melakukan dan memberikan pandangan tambahan perut, yang dapat membantu menyingkirkan alasan lain yang mungkin gejala-gejala pasien. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga digunakan untuk melihat ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Nama Alternatif
Computed tomography (CT) Scan telah menggantikan IVP sebagai alat utama untuk memeriksa sistem saluran kemih. CT waktu yang panjang untuk melakukan dan memberikan pandangan tambahan perut, yang dapat membantu menyingkirkan alasan lain yang mungkin gejala-gejala pasien. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga digunakan untuk melihat ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Nama Alternatif
DAFTAR
PUSTAKA
Burnama, Erawati F. 2007, Protap Perawatan Klien Haemodialisa.
Instalasi Dialisis RSUD Dr. Doris Sylvanus. Palangka Raya.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan Ed.3. Jakarta : EGC.
Nursalam, M.Nurs, DR (Hons). 2006.
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar